PEMBINAAN |
Selasa, 23 Juli 2013
GALERI PHOTO MTQ / STQ TINGKAT PROPINSI
Senin, 22 Juli 2013
Panlak MTQ XXIV THN 2008 Prop Kalsel Sediakan Media Centre
LOGO MTQ XXIV
TINGKAT PROPINSI
KALIMANTAN SELATAN
DI KABUPATEN BANJAR |
Untuk pertama kalinya, dalam pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat Provinsi Kalsel ke XXIV mendatang kesekretariatan lomba seni baca Al Qur’an tersebut akan dilengkapi dengan Media Center.
Mendahului kegiatan tersebut di arena utama lapangan sepak bola Tambak Anyar, Martapura Timur pada 16 Februari 2008 akan digelar MTQ tingkat Kabupaten Banjar tahun 2008.Ketua Panitia MTQ tingkat prov Kalsel XXIV, H. Mahdian Noor, S.Ag. sebagaimana dikutip wartawan media ini menjelaskan kesekretariatan MTQ tingkat prov Kalsel XXIV tahun 2008 itu dilengkapi dengan media centre untuk memberikan akses kepada media massa baik cetak maupun elektronik untuk menyebarluaskan informasi.“Kami memerlukan penyebarluasan informasi kegiatan kepada masyarakat untuk suksesnya acara itu”, papar H. Mahdian Noor, S.Ag. sembari menambahkan pengadaan MC tersebut merupakan prioritas kepanitiaan. Untuk itu, dia berharap kerja sama dengan kalangan media untuk memberikan nuansa kegiatan MTQ tersebut lebih meluas dan merakyat ke seluruh daerah.Menjawab pertanyaan, menurut Mahdian pihaknya juga membuka akses jaringan bagi TV local untuk menyebarluaskan acara itu.Diakuinya penyediaan sarana bagi media masa itu merupakan yang pertama kalinya dalam sejarah pelaksanaan MTQ untuk tingkat provinsi di Kalsel. Sementara itu Wakil Bupati Kabupaten Banjar, KH Halim Salman didampingi Kabag Humas Pemkab Banjar, Drs H Yahmi Yadi belum lama tadi meninjau langsung persiapan arena utama. Menurut Yahmi kesiapan panggung di arena utama sudah mencapai 70 persen selesai. Diharapkan pada waktunya sarana itu sudah selesai sebelum digunakan pada 16 Januari 2008. Kalsel beberapa tahun sebelumnya terbilang sebagai gudangnya qori dan qoriah di pelataran nasional. Namun keadaan itu dalam beberapa tahun terakhir meredup karena “permainan” daerah lain yang tak kuasa dibendung dengan cara “membeli” qori atau qoriah berpotensi juara. (TY)
sumber : http://ntb.kemenag.go.id
Mendahului kegiatan tersebut di arena utama lapangan sepak bola Tambak Anyar, Martapura Timur pada 16 Februari 2008 akan digelar MTQ tingkat Kabupaten Banjar tahun 2008.Ketua Panitia MTQ tingkat prov Kalsel XXIV, H. Mahdian Noor, S.Ag. sebagaimana dikutip wartawan media ini menjelaskan kesekretariatan MTQ tingkat prov Kalsel XXIV tahun 2008 itu dilengkapi dengan media centre untuk memberikan akses kepada media massa baik cetak maupun elektronik untuk menyebarluaskan informasi.“Kami memerlukan penyebarluasan informasi kegiatan kepada masyarakat untuk suksesnya acara itu”, papar H. Mahdian Noor, S.Ag. sembari menambahkan pengadaan MC tersebut merupakan prioritas kepanitiaan. Untuk itu, dia berharap kerja sama dengan kalangan media untuk memberikan nuansa kegiatan MTQ tersebut lebih meluas dan merakyat ke seluruh daerah.Menjawab pertanyaan, menurut Mahdian pihaknya juga membuka akses jaringan bagi TV local untuk menyebarluaskan acara itu.Diakuinya penyediaan sarana bagi media masa itu merupakan yang pertama kalinya dalam sejarah pelaksanaan MTQ untuk tingkat provinsi di Kalsel. Sementara itu Wakil Bupati Kabupaten Banjar, KH Halim Salman didampingi Kabag Humas Pemkab Banjar, Drs H Yahmi Yadi belum lama tadi meninjau langsung persiapan arena utama. Menurut Yahmi kesiapan panggung di arena utama sudah mencapai 70 persen selesai. Diharapkan pada waktunya sarana itu sudah selesai sebelum digunakan pada 16 Januari 2008. Kalsel beberapa tahun sebelumnya terbilang sebagai gudangnya qori dan qoriah di pelataran nasional. Namun keadaan itu dalam beberapa tahun terakhir meredup karena “permainan” daerah lain yang tak kuasa dibendung dengan cara “membeli” qori atau qoriah berpotensi juara. (TY)
sumber : http://ntb.kemenag.go.id
sebuah REFLEKSI untuk MTQ
Pernah dimuat pada Harian Mata
Banua, Jum’at/ 14 Maret 2008
Bagi umat Islam, Kitab Suci
al-Qur’an tidak sekedar berfungsi sebagai bacaan mulia dan media komunikasi
dalam beribadah kepada Tuhan. Dalam Islam, al-Qur’an menempati posisi yang
paling sentral dari seluruh bangunan Islam, oleh karena seluruh petunjuk
kehidupan dapat dicari rujukannya dalam Kitab Suci ini.
Dalam konteks inilah al-Qur’an
disebut juga sebagai Imamnya orang-orang Islam. Inilah, antara lain, yang
membedakan Islam dengan agama-agama lainnya, al-Qur’an bagi umat Islam
merupakan firman suci sebagai Kitab Petunjuk ilahi, karena hanya ada satu
Tuhan, yaitu Allah SWT, Sang Pemilik firman.
Karena al-Qur’an berfungsi sebagai
Imam dan cahaya kehidupan bagi umat Islam maka Kitab Suci ini menjadi bagian
tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari umat Islam. Minimal, al-Qur’an
dibaca tujuh belas kali sehari semalam sebagai media komunikasi sang hamba
dengan khaliknya dalam shalat. Membaca al-Qur’an, minimal sekali Surah
al-Fatihah, ditambah dengan surah-surah pendek semisal Qul Huwa Allah
(al-ikhlash); Qul ya ayyuha al-kafirun (Surah al-Kafirun) merupakan
keharusan dalam shalat. Tidak ada shalat tanpa membaca al-Fatihah. Dan
al-Qur’an harus dibaca dalam bahasa aslinya (bahasa Arab) sebagai bahasa
liturgi dalam mendirikan shalat. Para ulama sepakat bahwa tidak sah shalat yang
menggunakan bahasa lain, selain bahasa al-Qur’an.
Itulah sebabnya dalam masyarakat
Islam yang agamis, belajar membaca al-Qur’an merupakan kewajiban utama dan
pertama bagi anak-anak Muslim. Sebagai firman suci dari Zat Yang Maha Tak
Terbatas, maka makna yang dikandung oleh al-Qur’an sangatlah luas, dalam, dan
juga tak terbatas.. Tidak ada satu penafsir pun yang mampu menguak seluruh
makna dan kandungan al-Qur’an secara utuh. Selain itu penafsiran terhadap
ayat-ayatnya tidak pernah final oleh karena tafsir yang merupakan karya manusia
itu memang bersifat nisbi, terikat oleh ruang dan waktu. Itulah sebabnya selalu
diperlukan upaya reinterpretasi terhadap ayat-ayat al-Qur’an, khususnya
ayat-ayat yang menyangkut kehidupan nyata manusia, agar al-Qur’an senantiasa
berdialog dengan manusia sesuai dengan ruang dan waktu di mana mereka berada.
Inilah makna dari jargon yang berlaku di kalangan umat Islam bahwa “al-Qur’an
senantiasa berkesesuaian dengan segala ruang dan waktu” (al-Qur’an shalih li
kulli zamaan wa makaan).
Memahami
Al-Qur’an
Perintah untuk memahami kandungan
al-Qur’an dan menghayati nilai-nilainya yang amat tinggi dan luhur datang dalam
al-Qur’an dalam bentuk tersurat dan tersirat. Dalam bentuk tersurat, al-Qur’an,
misalnya, menyatakan dengan nada peringatan: apakah mereka tidak berusaha untuk
mentadabburkan (memikirkan makna dan kandungan) al-Qur’an ataukah hati
mereka sudah terkunci? (QS.Muhammad/47:24).
Di ayat lain dikatakan: Kitab yang
telah Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka memikirkan ayat-ayatnya
dan agar ulul albab (para cendekiawan) mengingat dan menarik pelajaran
darinya. (QS.Shad/38:29). Sedangkan ayat yang pertama kali turun kepada
Rasulullah s.a.w. yakni, Iqra, mencakup juga perintah membaca, meneliti,
dan mendalami ayat-ayat Tuhan baik ayat-ayat qur’aniyyah maupun ayat-ayat
kawniyyah.
Adapun perintah tersirat untuk memahami
dan menghayati kandungan al-Qur’an dapat dipahami secara sangat gamblang dari
pernyataan al-Qur’an sendiri bahwa ia diturunkan untuk menjadi petunjuk bagi
manusia (QS.al-Baqarah/2:186); petunjuk khusus bagi orang-orang bertaqwa
(QS.al-Baqarah/2:2). Kalau al-Qur’an diturunkan untuk menjadi petunjuk
universal bagi manusia dan petunjuk khusus bagi orang-orang bertaqwa maka
merupakan keniscayaan untuk menggali kandungan maknanya dan menjabarkan isinya.
Sebab, al-Qur’an yang sangat global itu tidak akan dapat diimplementasikan
dalam kehidupan tanpa dijabarkan dan dijelaskan kandungannya.
Berangkat dari beberapa maklumat
ayat di atas, maka sudah seharusnya ummat Islam dalam berbagai sektor, baik
mereka yang berkecimpung dipemerintahan, pendidikan maupun masyarakat biasa,
untuk bersinergi membangun gerakan bersama untuk memahami al-Qur’an sekaligus
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya kepeloporan ini
haruslah muncul dari kesadaran nurani yang tinggi dengan nawaytu yang
ikhlas sebab obyek kajian adalah Kitab Suci yang berasal dari Zat Yang Maha
Suci. Dia tidak menerima sesuatu kecuali yang suci pula.
Itulah sebabnya kajian terhadap
al-Qur’an tidak hanya melibatkan nalar sebagai instrumennya tetapi juga harus
melibatkan qalbu sebagai pendekatan utamanya. Oleh karena itu strategi yang
digunakan untuk mengajak orang berpartisipasi haruslah benar-benar menggunakan
pendekatan yang arif dan persuasi (bil hikmah wal maw’izhat al-hasanah)
tanpa adanya perasaan digiring atau dipaksa. Sebab, tidak akan ada kemanfaatan
yang diperoleh bila al-Qur’an yang suci itu dipaksakan ke dalam hati tanpa
kesadaran yang muncul dari diri sendiri.
Upaya
Membangun Generasi Qur’ani
Membangun generasi al-Qur’an adalah suatu istilah yang dikedepankan untuk memberi penekanan betapa pentingnya dan betapa mendesaknya umat Islam untuk segera kembali kepada Kitab Sucinya yang selama ini terkesan sangat diabaikan. Kembali kepada al-Qur’an di sini mengandung arti upaya mempelajarinya secara sungguh-sungguh, bukan sekedar sebagai pengisi waktu senggang, atau sekedar sebagai penenang dari jiwa yang kalut, dan lebih dari itu bukan sekedar ibadah ritual untuk meraih pahala sebesar-besarnya. Kembali kepada al-Qur’an lebih dari itu yakni, menggalakkan pengajarannya di kalangan anak-anak dan remaja Muslim sejak dini, baik baca tulis dan tilawahnya maupun kandungan ajaran dan nilai-nilainya.
Membangun generasi al-Qur’an adalah suatu istilah yang dikedepankan untuk memberi penekanan betapa pentingnya dan betapa mendesaknya umat Islam untuk segera kembali kepada Kitab Sucinya yang selama ini terkesan sangat diabaikan. Kembali kepada al-Qur’an di sini mengandung arti upaya mempelajarinya secara sungguh-sungguh, bukan sekedar sebagai pengisi waktu senggang, atau sekedar sebagai penenang dari jiwa yang kalut, dan lebih dari itu bukan sekedar ibadah ritual untuk meraih pahala sebesar-besarnya. Kembali kepada al-Qur’an lebih dari itu yakni, menggalakkan pengajarannya di kalangan anak-anak dan remaja Muslim sejak dini, baik baca tulis dan tilawahnya maupun kandungan ajaran dan nilai-nilainya.
Dengan demikian, semenjak awal
anak-anak muslim sudah diisi jiwanya dengan semangat cinta al-Qur’an sebagai
upaya sistematis untuk mempersiapkan mereka menjadi generasi yang bersemangat
qur’ani, berucap dan berfikir secara qur’ani, bersikap dan bertindak menurut
nilai-nilai qur’ani.
Sejatinya, kita mendambakan generasi
Islam mendatang, khususnya di banua Banjar ini, sebagai generasi yang
menjadikan al-Qur’an benar-benar sebagai imamnya, sebagai pemberi inspirasi dan
hidayah, sebagai rujukan dan referensinya dalam membangun kehidupannya untuk
memperoleh keselamatan dan kebahagiaan duniawi dan ukhrawi.
Akhirnya, dapatkah MTQ di banua
Banjar menjadi momentum dan harapan, menciptakan generasi yang Qur’ani,
atau kah kembali hanya menjadi semacam seremonial karasmin, tanpa satu pakulih
pun yang bisa kita ambil?
Tulisan ini merupakan salah satu
refleksi pribadi menyongsong pelaksanaan MTQ Nasional XXIV Tingkat Propinsi
Kalimantan Selatan di kota Serambi Mekkah, Martapura tanggal 8 sampai dengan 15
Maret .
Selamat MTQ XXIV, semoga mendapat
ridha dan ampunan dari Allah Yang Maha Esa. Wallahu a’lam bissawab.
sumber : http://taufik79.wordpress.com
Sabtu, 20 Juli 2013
Belajar Tilawah dari HJ. FARIDA
HJ. FARIDA
belajar Tilawah dari Hj. Farida part 1
dari lagu hijaz sampai lagu jihar
belajar Tilawah dari Hj. Farida part 2
dari lagu hijaz sampai lagu jihar
Senin, 15 Juli 2013
Langganan:
Postingan (Atom)