Senin, 22 Juli 2013

Panlak MTQ XXIV THN 2008 Prop Kalsel Sediakan Media Centre


LOGO MTQ XXIV
TINGKAT PROPINSI KALIMANTAN SELATAN
DI KABUPATEN BANJAR
Untuk pertama kalinya, dalam pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat Provinsi Kalsel ke XXIV mendatang kesekretariatan lomba seni baca Al Qur’an tersebut akan dilengkapi dengan Media Center.
Mendahului kegiatan tersebut di arena utama lapangan sepak bola Tambak Anyar, Martapura Timur pada 16 Februari 2008 akan digelar MTQ tingkat Kabupaten Banjar tahun 2008.Ketua Panitia MTQ tingkat prov Kalsel XXIV, H. Mahdian Noor, S.Ag. sebagaimana dikutip wartawan media ini menjelaskan kesekretariatan MTQ tingkat prov Kalsel XXIV tahun 2008 itu dilengkapi dengan media centre untuk memberikan akses kepada media massa baik cetak maupun elektronik untuk menyebarluaskan informasi.“Kami memerlukan penyebarluasan informasi kegiatan kepada masyarakat untuk suksesnya acara itu”, papar H. Mahdian Noor, S.Ag. sembari menambahkan pengadaan MC tersebut merupakan prioritas kepanitiaan. Untuk itu, dia berharap kerja sama dengan kalangan media untuk memberikan nuansa kegiatan MTQ tersebut lebih meluas dan merakyat ke seluruh daerah.Menjawab pertanyaan, menurut Mahdian pihaknya juga membuka akses jaringan bagi TV local untuk menyebarluaskan acara itu.Diakuinya penyediaan sarana bagi media masa itu merupakan yang pertama kalinya dalam sejarah pelaksanaan MTQ untuk tingkat provinsi di Kalsel. Sementara itu Wakil Bupati Kabupaten Banjar, KH Halim Salman didampingi Kabag Humas Pemkab Banjar, Drs H Yahmi Yadi belum lama tadi meninjau langsung persiapan arena utama. Menurut Yahmi kesiapan panggung di arena utama sudah mencapai 70 persen selesai. Diharapkan pada waktunya sarana itu sudah selesai sebelum digunakan pada 16 Januari 2008. Kalsel beberapa tahun sebelumnya terbilang sebagai gudangnya qori dan qoriah di pelataran nasional. Namun keadaan itu dalam beberapa tahun terakhir meredup karena “permainan” daerah lain yang tak kuasa dibendung dengan cara “membeli” qori atau qoriah berpotensi juara. (TY)
sumber : http://ntb.kemenag.go.id

sebuah REFLEKSI untuk MTQ

Pernah dimuat pada Harian Mata Banua, Jum’at/ 14 Maret 2008

Bagi umat Islam, Kitab Suci al-Qur’an tidak sekedar berfungsi sebagai bacaan mulia dan media komunikasi dalam beribadah kepada Tuhan. Dalam Islam, al-Qur’an menempati posisi yang paling sentral dari seluruh bangunan Islam, oleh karena seluruh petunjuk kehidupan dapat dicari rujukannya dalam Kitab Suci ini.
Dalam konteks inilah al-Qur’an disebut juga sebagai Imamnya orang-orang Islam. Inilah, antara lain, yang membedakan Islam dengan agama-agama lainnya, al-Qur’an bagi umat Islam merupakan firman suci sebagai Kitab Petunjuk ilahi, karena hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah SWT, Sang Pemilik firman.
Karena al-Qur’an berfungsi sebagai Imam dan cahaya kehidupan bagi umat Islam maka Kitab Suci ini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari umat Islam. Minimal, al-Qur’an dibaca tujuh belas kali sehari semalam sebagai media komunikasi sang hamba dengan khaliknya dalam shalat. Membaca al-Qur’an, minimal sekali Surah al-Fatihah, ditambah dengan surah-surah pendek semisal Qul Huwa Allah (al-ikhlash); Qul ya ayyuha al-kafirun (Surah al-Kafirun) merupakan keharusan dalam shalat. Tidak ada shalat tanpa membaca al-Fatihah. Dan al-Qur’an harus dibaca dalam bahasa aslinya (bahasa Arab) sebagai bahasa liturgi dalam mendirikan shalat. Para ulama sepakat bahwa tidak sah shalat yang menggunakan bahasa lain, selain bahasa al-Qur’an.
Itulah sebabnya dalam masyarakat Islam yang agamis, belajar membaca al-Qur’an merupakan kewajiban utama dan pertama bagi anak-anak Muslim. Sebagai firman suci dari Zat Yang Maha Tak Terbatas, maka makna yang dikandung oleh al-Qur’an sangatlah luas, dalam, dan juga tak terbatas.. Tidak ada satu penafsir pun yang mampu menguak seluruh makna dan kandungan al-Qur’an secara utuh. Selain itu penafsiran terhadap ayat-ayatnya tidak pernah final oleh karena tafsir yang merupakan karya manusia itu memang bersifat nisbi, terikat oleh ruang dan waktu. Itulah sebabnya selalu diperlukan upaya reinterpretasi terhadap ayat-ayat al-Qur’an, khususnya ayat-ayat yang menyangkut kehidupan nyata manusia, agar al-Qur’an senantiasa berdialog dengan manusia sesuai dengan ruang dan waktu di mana mereka berada. Inilah makna dari jargon yang berlaku di kalangan umat Islam bahwa “al-Qur’an senantiasa berkesesuaian dengan segala ruang dan waktu” (al-Qur’an shalih li kulli zamaan wa makaan).
Memahami Al-Qur’an
Perintah untuk memahami kandungan al-Qur’an dan menghayati nilai-nilainya yang amat tinggi dan luhur datang dalam al-Qur’an dalam bentuk tersurat dan tersirat. Dalam bentuk tersurat, al-Qur’an, misalnya, menyatakan dengan nada peringatan: apakah mereka tidak berusaha untuk mentadabburkan (memikirkan makna dan kandungan) al-Qur’an ataukah hati mereka sudah terkunci? (QS.Muhammad/47:24).
Di ayat lain dikatakan: Kitab yang telah Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka memikirkan ayat-ayatnya dan agar ulul albab (para cendekiawan) mengingat dan menarik pelajaran darinya. (QS.Shad/38:29). Sedangkan ayat yang pertama kali turun kepada Rasulullah s.a.w. yakni, Iqra, mencakup juga perintah membaca, meneliti, dan mendalami ayat-ayat Tuhan baik ayat-ayat qur’aniyyah maupun ayat-ayat kawniyyah.
Adapun perintah tersirat untuk memahami dan menghayati kandungan al-Qur’an dapat dipahami secara sangat gamblang dari pernyataan al-Qur’an sendiri bahwa ia diturunkan untuk menjadi petunjuk bagi manusia (QS.al-Baqarah/2:186); petunjuk khusus bagi orang-orang bertaqwa (QS.al-Baqarah/2:2). Kalau al-Qur’an diturunkan untuk menjadi petunjuk universal bagi manusia dan petunjuk khusus bagi orang-orang bertaqwa maka merupakan keniscayaan untuk menggali kandungan maknanya dan menjabarkan isinya. Sebab, al-Qur’an yang sangat global itu tidak akan dapat diimplementasikan dalam kehidupan tanpa dijabarkan dan dijelaskan kandungannya.
Berangkat dari beberapa maklumat ayat di atas, maka sudah seharusnya ummat Islam dalam berbagai sektor, baik mereka yang berkecimpung dipemerintahan, pendidikan maupun masyarakat biasa, untuk bersinergi membangun gerakan bersama untuk memahami al-Qur’an sekaligus mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya kepeloporan ini haruslah muncul dari kesadaran nurani yang tinggi dengan nawaytu yang ikhlas sebab obyek kajian adalah Kitab Suci yang berasal dari Zat Yang Maha Suci. Dia tidak menerima sesuatu kecuali yang suci pula.
Itulah sebabnya kajian terhadap al-Qur’an tidak hanya melibatkan nalar sebagai instrumennya tetapi juga harus melibatkan qalbu sebagai pendekatan utamanya. Oleh karena itu strategi yang digunakan untuk mengajak orang berpartisipasi haruslah benar-benar menggunakan pendekatan yang arif dan persuasi (bil hikmah wal maw’izhat al-hasanah) tanpa adanya perasaan digiring atau dipaksa. Sebab, tidak akan ada kemanfaatan yang diperoleh bila al-Qur’an yang suci itu dipaksakan ke dalam hati tanpa kesadaran yang muncul dari diri sendiri.
Upaya Membangun Generasi Qur’ani

Membangun generasi al-Qur’an adalah suatu istilah yang dikedepankan untuk memberi penekanan betapa pentingnya dan betapa mendesaknya umat Islam untuk segera kembali kepada Kitab Sucinya yang selama ini terkesan sangat diabaikan. Kembali kepada al-Qur’an di sini mengandung arti upaya mempelajarinya secara sungguh-sungguh, bukan sekedar sebagai pengisi waktu senggang, atau sekedar sebagai penenang dari jiwa yang kalut, dan lebih dari itu bukan sekedar ibadah ritual untuk meraih pahala sebesar-besarnya. Kembali kepada al-Qur’an lebih dari itu yakni, menggalakkan pengajarannya di kalangan anak-anak dan remaja Muslim sejak dini, baik baca tulis dan tilawahnya maupun kandungan ajaran dan nilai-nilainya.
Dengan demikian, semenjak awal anak-anak muslim sudah diisi jiwanya dengan semangat cinta al-Qur’an sebagai upaya sistematis untuk mempersiapkan mereka menjadi generasi yang bersemangat qur’ani, berucap dan berfikir secara qur’ani, bersikap dan bertindak menurut nilai-nilai qur’ani.
Sejatinya, kita mendambakan generasi Islam mendatang, khususnya di banua Banjar ini, sebagai generasi yang menjadikan al-Qur’an benar-benar sebagai imamnya, sebagai pemberi inspirasi dan hidayah, sebagai rujukan dan referensinya dalam membangun kehidupannya untuk memperoleh keselamatan dan kebahagiaan duniawi dan ukhrawi.
Akhirnya, dapatkah MTQ di banua Banjar menjadi momentum dan harapan, menciptakan generasi yang Qur’ani, atau kah kembali hanya menjadi semacam seremonial karasmin, tanpa satu pakulih pun yang bisa kita ambil?
Tulisan ini merupakan salah satu refleksi pribadi menyongsong pelaksanaan MTQ Nasional XXIV Tingkat Propinsi Kalimantan Selatan di kota Serambi Mekkah, Martapura tanggal 8 sampai dengan 15 Maret .
Selamat MTQ XXIV, semoga mendapat ridha dan ampunan dari Allah Yang Maha Esa. Wallahu a’lam bissawab.


sumber : http://taufik79.wordpress.com

Sabtu, 20 Juli 2013

Belajar Tilawah dari HJ. FARIDA

 
HJ. FARIDA

belajar Tilawah dari Hj. Farida part 1
dari lagu hijaz sampai lagu jihar




belajar Tilawah dari Hj. Farida part  2
dari lagu hijaz sampai lagu jihar




{ cursor: url("http://2.bp.blogspot.com/-9d0TtYqn46U/UdoFAj6FyqI/AAAAAAAABwU/5KCg2nsrBj4/s1600/Cursor+Ujangyoyo.gif"), auto; }